TNews, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menyelenggarakan pelatihan calon instruktur daerah untuk Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK), yang akan berlangsung secara daring pada tanggal 3 dan 4 Oktober 2024. Pelatihan ini diikuti oleh 70 peserta, dengan masing-masing dua perwakilan dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para calon instruktur dengan pengetahuan yang komprehensif mengenai konsep, metodologi, serta mekanisme lapangan terkait survei IMK. Hasil dari survei tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (PDRB) untuk Triwulan III tahun 2024, yang dijadwalkan rilis awal November 2024.
Tri Karjono, Ketua Penyelenggara Pelatihan, menyampaikan bahwa setelah pelatihan ini, ke-70 instruktur yang telah dilatih akan segera melatih 467 petugas pencacah di kabupaten/kota masing-masing. Para petugas pencacah ini akan bertugas mulai tanggal 8 hingga 18 Oktober 2024 untuk mengumpulkan data dari 4.127 usaha mikro dan kecil yang tersebar di Jawa Tengah.
“Selesai pelatihan, para instruktur akan menyampaikan materi kepada petugas pencacah di daerah masing-masing, sehingga mereka siap melakukan wawancara dan pemantauan produksi usaha terpilih,” ungkap Tri Karjono.
Petugas survei akan melakukan wawancara langsung dengan para responden menggunakan aplikasi yang tertanam di perangkat android mereka. Kejujuran dan akurasi jawaban dari responden sangat diharapkan untuk menghasilkan data yang valid. Hal ini sangat penting mengingat hasil survei IMK akan berkontribusi signifikan terhadap penyusunan pertumbuhan ekonomi, khususnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah.
Sri Diastuti, Ketua Tim Statistik Intan yang mewakili Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam mengenai konsep dan definisi survei. “Survei IMK ini merupakan bagian penting dalam menggambarkan kondisi nyata industri mikro dan kecil di Jawa Tengah, yang secara langsung memengaruhi perekonomian daerah. Sepertiga lebih PDRB Jawa Tengah disumbang oleh sektor industri pengolahan, baik skala besar, menengah, maupun kecil,” jelas Sri Diastuti.
Selain menjadi dasar penghitungan PDRB, survei ini juga berperan dalam memetakan kondisi industri mikro dan kecil di Indonesia, yang memiliki dampak besar dalam menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian lokal. Industri ini dikenal sebagai sektor padat karya yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi, terutama di tingkat daerah.
Dengan pelatihan ini, BPS Jawa Tengah berharap dapat membangun kesamaan pemahaman dalam pelaksanaan survei, sehingga data yang dihasilkan benar-benar akurat dan representatif dalam menyajikan profil industri mikro dan kecil di wilayah Jawa Tengah.*
Peliput: Petrus