TNews, JEPARA — Kabar duka menyelimuti dunia pendidikan, keulamaan, dan masyarakat Jepara. Dr. KH. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag., tokoh pendidikan dan mantan Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, wafat pada usia 69 tahun.
Kepergian beliau meninggalkan luka dan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga besar UNISNU, tetapi juga bagi masyarakat luas yang mengenal beliau sebagai ulama yang teduh, akademisi yang mencerahkan, dan pemimpin yang penuh keteladanan.
Almarhum menghembuskan napas terakhir pada Minggu pagi (1/6/2025), dan dimakamkan pada pukul 14.00 WIB di tempat peristirahatan terakhirnya di Desa Bantrung, Jepara.
Jenazah diberangkatkan dari rumah duka di Perumahan Regency, Pekalongan, dan diiringi oleh keluarga, sahabat, civitas akademika, serta masyarakat dengan suasana khidmat dan haru.
Ketua DPRD Jepara, Dr. H. Agus Sutisna, SH, MH, turut menyampaikan rasa kehilangan dan penghormatan atas wafatnya tokoh pendidikan tersebut.
> “Kami sangat kehilangan sosok yang menyejukkan. Almarhum bukan hanya cendekiawan, tapi juga seorang negarawan dalam dunia akademik dan sosial. Beliau merangkul semua, mendidik dengan hati, dan membangun peradaban dengan keteladanan,” ujar Agus Sutisna.
Semasa hidupnya, Dr. KH. Sa’dullah Assa’idi dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, rendah hati, dan istiqamah dalam pengabdian. Menjabat sebagai Rektor UNISNU Jepara selama dua periode (2016–2024), beliau berhasil membawa transformasi besar bagi kampus tersebut.
Mulai dari peningkatan akreditasi institusi dan program studi, pendirian program-program baru, hingga penguatan tata kelola akademik dan kelembagaan yang kokoh dan modern.
Sebelum menjabat sebagai rektor, beliau telah menapaki jalan panjang dalam struktur kampus, antara lain sebagai Kepala Biro UKKA INISNU, Pembantu Rektor II, hingga Wakil Rektor I. Kiprah beliau tak pernah surut. Kampus bagi beliau bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ladang dakwah dan pusat pengembangan intelektual keislaman yang membumi.
Dalam setiap langkah, beliau memadukan ilmu, iman, dan keteladanan. Banyak yang mengenang sosoknya sebagai guru kehidupan—yang tak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menuntun dengan akhlak, menenangkan dengan kebijaksanaan, dan memotivasi dengan keteladanan.
Kini, Jepara kehilangan satu pencerah, namun warisan nilai dan perjuangannya akan terus hidup: pada institusi yang ia kuatkan, pada para mahasiswa yang ia bimbing, dan pada masyarakat yang ia tenangkan.
Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah beliau, melapangkan alam kuburnya, mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkannya di sisi terbaik-Nya di surga. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.*
Peliput : Petrus