TNews, JEPARA – kembali meneguhkan jati dirinya sebagai Kota Ukir Dunia. Melalui kegiatan “Jepara Wood Carving Performance” yang digelar di kawasan wisata Pantai Kartini, Kamis (6/11/2025), Pemerintah Kabupaten Jepara menunjukkan keseriusannya dalam menjadikan seni ukir bukan sekadar warisan budaya, melainkan juga magnet wisata dan sumber ekonomi kreatif bagi masyarakat.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara, Jawa Tengah, menegaskan komitmennya untuk menjadikan seni ukir sebagai seni khas dan daya tarik wisata unggulan daerah. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan “Jepara Wood Carving Performance” yang menghadirkan kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku seni, komunitas ukir, dan pengrajin lokal.
Dalam sambutannya, Bupati Jepara, Witiarso Utomo, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan langkah nyata untuk memperkenalkan seni ukir kepada wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah.
“Kita ingin wisatawan datang ke Jepara tidak hanya melihat, tapi juga merasakan pengalaman mengukir dan berbelanja produk ukiran khas Jepara,” ujar Bupati.
Ia menambahkan, penting bagi Pemkab Jepara untuk menata kawasan wisata ukir agar lebih rapi, indah, dan menarik, sehingga wisatawan betah berlama-lama menikmati keunikan seni ukir.
“Kalau dikemas menarik, wisatawan akan tertarik untuk berkunjung kembali sebelum menyeberang ke Karimunjawa,” ungkapnya.
Selain itu, Bupati menegaskan bahwa kegiatan ini tidak boleh berhenti pada seremoni, tetapi harus berkelanjutan dan mampu menggerakkan ekonomi lokal.
“Konsep keberlanjutan menjadi kunci. Kami ingin kegiatan ini hidup terus, menjadi atraksi wisata edukatif yang menumbuhkan UMKM dan menyejahterakan pengukir,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pelestari Ukir Jepara, Hadi Priyanto, selaku pengelola kegiatan menjelaskan, Jepara Wood Carving Performance dirancang sebagai wadah edukasi dan pelestarian seni ukir yang membuka ruang bagi wisatawan maupun pelajar untuk belajar langsung dari perajin profesional.
“Kami membuka dua kelas — untuk wisatawan dan pelajar. Kelas wisatawan dikenai biaya Rp100 ribu per jam, sedangkan pelajar hanya Rp30 ribu untuk dua hingga tiga jam latihan. Biaya itu untuk bahan praktik dan honor instruktur,” jelas Hadi.
Menurutnya, kegiatan ini akan rutin dibuka setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, menyesuaikan tingginya arus kunjungan ke Pantai Kartini pada akhir pekan. Selain pelatihan, juga tersedia showroom kecil serta area atraksi mengukir bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung proses kreatif para perajin.
“Kami bersyukur karena upaya pelestarian ini mendapat dukungan penuh dari Bupati. Harapannya, wisatawan yang datang ke Jepara bisa melihat langsung kehebatan seni ukir kita. Dari sini nanti bisa berkembang ke potensi lain seperti tenun Troso,” tambahnya.
Hadi juga berharap kegiatan ini mampu memperkuat identitas ekonomi kreatif Jepara agar semakin dikenal hingga mancanegara.
“Seni ukir bukan hanya warisan budaya, tapi juga identitas ekonomi kreatif yang menjadi kebanggaan Jepara,” pungkasnya.
Dengan adanya program berkelanjutan seperti ini, Pemkab Jepara optimistis seni ukir akan terus hidup sebagai simbol keunggulan, kreativitas, dan daya saing daerah — membawa Jepara semakin kokoh di panggung pariwisata nasional dan dunia.*
Peliput: Petrus













