Peran Strategis Politik Sarungan dalam Pilkada Jepara

Gambar: Gus Haiz dalam Talkshow Aliansi Mahasiswa Jepara di Aula Politeknik Balekambang Jepara, Sabtu (15/06/2024).

TNews, JEPARA – Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jepara, fenomena “politik sarungan” kembali mencuat dan menjadi perhatian publik. Istilah ini merujuk pada strategi politis yang mengandalkan pengaruh tokoh agama, terutama dari kalangan ulama dan pesantren, untuk meraih dukungan massa.

Para calon kepala daerah di Jepara semakin gencar mendekati para kiai, ulama, dan tokoh-tokoh pesantren. Mereka menghadiri berbagai acara keagamaan, dari pengajian hingga haul, mengenakan sarung dan peci sebagai simbol kedekatan dengan masyarakat santri. Langkah ini dinilai efektif untuk meraih simpati dan dukungan dari komunitas muslim tradisional yang memiliki pengaruh besar di Jepara.

“Politik sarungan bukanlah hal baru di Jepara. Ini sudah menjadi bagian dari strategi kampanye karena tokoh agama memiliki peran penting dalam membentuk opini dan pilihan politik masyarakat,” ujar Haizul Ma’arif.

Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Haizul Ma’arif atau yang akrab disapa Gus Haiz, menyampaikan pentingnya peran para santri dalam kancah politik. “Banyak politisi besar yang dulunya adalah santri. Ada banyak produk hukum yang tak luput dari kontribusi para santri. Misalnya, Undang-undang No. 18 tahun 2019 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Pesantren sebagai bagian dari Pendidikan Nasional dan bahkan penetapan Hari Santri sebagai salah satu hari besar nasional. Ada juga Perda Pesantren Jepara No. 7 Tahun 2023 tentang Fasilitasi Pengembangan Pesantren,” jelas Gus Haiz.

Beliau menambahkan bahwa melihat peta politik di Kabupaten Jepara dalam menghadapi Pilkada juga sulit jika meninggalkan kaum santri karena masyarakat Jepara memiliki sisi religius yang tinggi. Banyak tokoh agama Islam dan banyak pesantren yang ada di Jepara, sehingga untuk meraih kemenangan politik perlu menggandeng politik sarungan dari kaum santri.

Selain itu, Gus Haiz menegaskan pentingnya para santri dan ulama untuk memperjuangkan politik di Indonesia sesuai dengan konstitusi dalam rangka mengawal demokrasi. “Addinu bil mulki yaqwa, walmulku biddin yabqo,” yang artinya agama yang didukung dengan kekuasaan akan semakin kuat dan kekuasaan yang didukung dengan agama akan semakin lestari. Jadi kaum santri dan para kiai jangan sampai apatis dan harus aktif untuk bisa berikhtiar politik agar dapat turut andil dalam memberikan kemaslahatan yang besar kepada umat.

“Bagi para santri yang ingin terjun ke politik, harus selalu ingat dengan 4 prinsip, yaitu: Tawasuth, Tawazun, Al-‘itidal, dan Tasamuh. Yaitu selalu netral dan tidak berpihak kemanapun, seimbang dalam segala hal, bersikap adil, dan yang terakhir selalu bersikap toleran,” ujar Gus Haiz dalam Talkshow Aliansi Mahasiswa Jepara di Aula Politeknik Balekambang Jepara, Sabtu (15/06/2024).

Fenomena ini diperkirakan akan terus meningkat seiring mendekatnya hari pemilihan, dengan harapan masyarakat Jepara dapat lebih bijak dalam memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi daerah mereka.*

Peliput: Petrus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *