Melangkah Bersama Kristus: Prosesi Kudus dan Inspirasi Iman di Minggu Palma 2025 Paroki Stella Maris Jepara

Gambar: Melangkah Bersama Kristus: Prosesi Kudus dan Inspirasi Iman di Minggu Palma 2025 Paroki Stella Maris Jepara.

TNews, JEPARA – Di bawah cahaya lembut pagi 13 April 2025, umat Katolik Paroki Stella Maris Jepara berkumpul dalam suasana hening dan penuh harap. Hari itu bukan hari biasa—hari itu adalah Minggu Palma, gerbang suci menuju Pekan Suci, saat kita semua diajak untuk melangkah bersama Kristus dalam jalan penderitaan menuju kemuliaan.

Bukan sekadar upacara liturgi, tetapi sebuah ziarah hati, di mana setiap langkah umat adalah langkah menuju salib, dan setiap doa adalah percikan kasih bagi Sang Penebus.

1. Tema Kudus: Mengenang Sengsara Tuhan, Merangkul Jalan Kasih

Dengan tema “Mengenang Sengsara Tuhan”, Minggu Palma 2025 mengajak umat untuk menyelami makna terdalam dari pengorbanan Kristus.
Yesus Kristus tidak datang dengan kekuatan duniawi, melainkan dengan kelembutan, penyerahan, dan kasih yang tak tergoyahkan. Ia menunggang seekor keledai, bukan kuda perang. Ia datang untuk meraja dengan kasih, bukan menaklukkan dengan kuasa.

Dan kini, umat-Nya diminta untuk meneladan Sang Guru: menempuh jalan yang sulit, merangkul penderitaan, dan membuka diri bagi misteri kebangkitan.

2. Prosesi Palma: Langkah yang Mengubah Hati

Di halaman depan Gereja Stella Maris, Romo FX. Tirto Dewantara, MSF memimpin pemberkatan daun palma—daun yang melambangkan kemenangan Kristus atas dosa dan maut.
Dengan tenang, umat mengangkat daun-daun palma mereka, menyambut Sang Raja Damai yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Prosesi dimulai.
Langkah demi langkah, umat bergerak menuju gedung gereja, mengiringi Romo, Putra-Putri Altar, dan para pelayan liturgi.
Tak ada keramaian, hanya keheningan yang berbicara.
Diiringi lagu “Hosana Putra Daud,” umat mengenang bagaimana Yesus dielu-elukan di Yerusalem—namun di kemudian hari disalibkan oleh mereka yang sama.

Begitulah iman—kadang penuh pujian, kadang diuji oleh kesetiaan.
Dan di sinilah, umat Paroki Stella Maris memperbaharui kesetiaan itu.

3. Liturgi Sabda: Injil yang Menyayat Hati, Menghidupkan Jiwa

Dalam gereja yang sudah dipenuhi umat, liturgi dilanjutkan. Injil yang dibacakan bukan sekadar bacaan—tetapi kisah cinta yang tak tergantikan.
Yesus yang difitnah, dicambuk, dimahkotai duri, dan akhirnya memanggul salib ke bukit Golgota.

Dalam permenungan, umat tidak sekadar mendengar—mereka merasakan luka-Nya,
menangis dalam hati akan pengkhianatan dunia, dan bersyukur dalam-dalam karena cinta yang tetap setia.

4. Khotbah: Seruan Iman untuk Hidup yang Berarti

Romo Tirto berdiri di mimbar, wajahnya teduh, kata-katanya menggugah:

> “Hari ini, kita bukan hanya mengangkat palma di tangan. Kita diundang untuk mengangkat salib dalam hidup kita masing-masing.
Kita tidak hanya berjalan dalam prosesi. Kita diajak berjalan bersama Yesus—dalam kesetiaan, dalam luka, dalam kasih yang tidak pernah menyerah.
Jangan takut pada penderitaan, karena di balik salib, ada cahaya Paskah yang menanti.”

Dalam sunyi, banyak mata yang berkaca-kaca.
Iman bukan hanya untuk dikenang. Iman harus dijalani—hari demi hari, langkah demi langkah.

5. Ekaristi: Perjamuan Kasih yang Menguatkan

Perayaan dilanjutkan dalam Liturgi Ekaristi.
Saat hosti dikonsekrasi dan anggur dikuduskan, suasana gereja larut dalam keheningan penuh kekaguman.
Kristus hadir. Sang Raja yang disalibkan kini menyatu dalam Tubuh dan Darah yang kudus.

Ketika umat menyambut Komuni, mereka menerima bukan sekadar roti dan anggur, tapi pengharapan baru, kekuatan baru, kasih yang menyembuhkan.

6. Daun Palma: Tanda Iman yang Dihidupi

Setelah Misa, umat membawa pulang daun palma yang telah diberkati.
Daun ini bukan sekadar hiasan, tapi pengingat suci—bahwa Kristus telah masuk ke dalam hati, dan bahwa setiap rumah harus menjadi Yerusalem yang menerima Dia setiap hari.

Palma di dinding, salib di hati.
Palma di tangan, kasih dalam tindakan.

7. Aksi Nyata: Dari Altar Menuju Sesama

Iman yang hidup adalah iman yang berbagi.
Karena itu, setelah Misa, dilaksanakan Donor Darah dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Aula Stella Maris, kerja sama Panitia Paskah dan Tim Pelayanan Kesehatan Paroki.

“Darah yang didonorkan adalah bentuk konkret dari kasih.
Pemeriksaan gratis adalah kepedulian nyata bagi tubuh Kristus yang hadir dalam diri sesama” ungkap Oma Lusi.

Liturgi tidak berhenti di altar—liturgi berlanjut dalam hidup sehari-hari.

8. Penutup: Dari Palma ke Salib, dari Salib ke Kebangkitan

Minggu Palma 2025 bukan akhir, tapi awal ziarah suci.
Umat kini menapaki jalan menuju Kamis Putih (Perjamuan Cinta), Jumat Agung (Salib Penebusan), Sabtu Suci (Sunyi yang Berpengharapan), dan Minggu Paskah (Kebangkitan yang Membarui).

Semoga setiap umat membuka hati seluas-luasnya, agar kasih Kristus mengalir dan mengubah hidup—bukan hanya hari ini, tapi untuk selamanya.

Doa Penutup:

> “Tuhan, ajarilah kami untuk mengangkat salib kami dengan cinta.
Bimbinglah kami menapaki jalan-Mu dengan setia.
Jadikan kami pohon palma yang tak lekas layu dalam badai hidup,
tapi tumbuh dan bersaksi dalam damai-Mu.

Hosana bagi Putra Daud,
Selamat datang, Raja yang rendah hati.
Tinggallah dalam hati kami selamanya.”

Amin.

Peliput : Petrus

Tinggalkan Balasan